Dongeng Indonesia : Kisah Pangeran Ular dan Putri Yang Menangis
Hai pembaca jelajahhh.blogspot.com kali ini penulis mau membawa kalian ke negeri dongeng, dongeng ini mungkin biasa didengar oleh para pecinta dongeng Indonesia. Sejak kecil penulis sangat suka diceritakan tentang dongeng. Belum lama penulis mendapat komentar ‘yang ringan ajalah pembahasannya’ dalam menulis blog ini. Jadi untuk memenuhi keinginan pembaca yang ingin bahan bacaan ringan, mari sekalian penulis ajak ke negeri dongeng ringan tapi memiliki inti sari yang mungkin bisa kita ambil untuk rumusan hidup.
Kisah Pangeran Ular dan Putri yang menangis
Pada suatu hari di salah satu kerajaan negeri ini hiduplah seorang wanita paruh baya yang miskin dan sendirian di gubuk kecil pinggiran kerajaan. Di pagi hari wanita paruh baya ini seperti pagi hari biasanya pergi kesungai untuk mandi dan mengambil air guna keperluannya sehari itu. Wanita paruh baya ini selalu meletakkan kendi nya dipinggir sungai dan meninggalkan kendi itu selagi ia mandi.
Wanita paruh baya itu sedih, meratapi kemalangannya yang hidup miskin dan sendirian. Seusai mandi wanita itu mengambil kendi nya dan kaget karena kendi itu telah berisi ular. Pikiran wanita paruh baya itu langsung melayang, ‘ah biar ku bawa pulang saja ular ini’ sampai pada pemikiran ‘kan ku biarkan ular ini mengigit ku dirumah nanti, sehingga aku bisa mengakhiri kemiskinanku’.
Sesampainya dirumah, wanita paruh baya ini membuka kendinya. Alangkah terkejutnya wanita paruh baya ini saat yang keluar dari kendi itu adalah kalung emas yang sangat amat cantik luar biasa. Wanita paruh baya itupun langsung bergegas menuju gedung istana kerajaan dan menemui sang raja nya. “akan ku jual kalung yang amat cantik ini kepada raja! Aku akan punya uang yang cukup”-ucap wanita paruh baya tersebut.
Sang raja kerajaan tersebut yang sedang merasa sedih juga atas kesedihan istrinya karena belum mempunyai anak berbinar ketika melihat keelokan dari kalung tersebut. ‘akan ku berikan kepada istriku. Semoga ini bisa jadi penghibur sedihnya, semoga cintaku tidak sedih lagi’-pikir sang raja.
Karena sedang merasa amat sedih dan merasa sepi juga gagal dalam pernikahan yang belum juga diberikan anak, sang istri tercinta raja sama sekali tidak melirik kalung tersebut. Sang istri yaitu permaisuri meminta dayang nya untuk memasukan saja kalung pemberian suami nya tersebut kedalam kotak koleksi perhiasannya.
Sampai pada suatu ketika sang permaisuri membuka kotak perhiasannya yang besar tersebut, ditemukanlah seorang bayi laki-laki yang tersenyum kearahnya juga mata nya berbinar riang dengan alas sutra yang sangat lembut. Bayi itu langsung membuat permaisuri jatuh hati, seakan merasa bayi itu memanglah anaknya. Bayi itu memang untuknya. Maka dirawatlah bayi laki-laki itu oleh permaisuri dan juga raja.
Bayi itu tumbuh dengan baik juga sangat tampan dan bijaksana. Sebagai putra kerajaan, bayi yang dulu ditemukan dari dalam kotak perhiasan tersebut diangkat sebagai pangeran mahkota. Banyak wanita dari kerajaan tetangga yang ingin disandingkan dengan pangeran mahkota yang ketampanan dan kebijakannya terkenal diseluruh kerajaan itu.
Pangeran memilih satu putri dari kerajaan tetangga, pada proses menuju pernikahannya raja memanggil wanita paruh baya yang dulu menjual kalung itu kepada nya untuk ambil andil dalam proses persiapan pernikahan pangeran mahkota. Namun, wanita paru baya yang kini telah menjadi tua itu melakukan kekhilafan dengan menggosipkan bahwa kelahiran pangeran bukanlah murni kelahiran manusia normal pada umumnya. Tetapi dibantu oleh sihir. Gosip itu lalu tersebar keseluruh penjuru negeri, hingga ketelinga sang putri calon mempelai pangeran.
“akan ku simpan gosip ini dan akan kutanyakan kepadanya setelah pernikahan nanti”-ujar sang putri kepada dayang-dayangnya yang membawa gosip tersebut. Acara pernikahan selesei, sang putri mulai menanyakan asal muasal kelahiran pangeran secara langsung. Sang pangeran tidak menjawab pertanyaan putri tersebut, namun hanya memberi pernyataan bahwa sang putri akan menyesal apabila mengetahui asal muasalnya. Pernyataan penyesalan seumur hidup itu tentu tidak membuat sang putri puas atas pertanyaannya, dalam berbulan-bulan pernikahan mereka akhirnya penuh dengan pertengkaran dan kesalahpahaman hanya dikarenakan fikiran sang putri yang tidak mempercayai suaminya, yaitu pangeran.
Lalu pada suatu malam pangeran bertanya lagi kepada sang putri istrinya, “apa kamu yakin ingin mengetahui asal muasalku? Bagaimana jika akhirnya kau akan menyesal ketika mengetahuinya?”-tanya pangeran kepada istrnya. “ya, sebagai istri aku sangat ingin mengetahui asal muasalmu. Aku tidak akan pernah menyesal”-ujar sang putri.
Sang pangeran membawa sang putri ketepi sungai dimana dulu ia masuk kedalam kendi wanita paruh baya tersebut. Lalu sang pangeran mulai bercerita bahwa dirinya dahulu adalah seorang pangeran yang dikutuk menjadi ular. Usai penjelasan dari pertanyaan sang putri yang membawa ketidak tenangan dalam rumah tangga mereka, sang pangeran berubah wujud kembali menjadi ular. Kini pangeran tak lagi bisa kembali menjadi manusia, pangeran yang telah berubah wujud menjadi ular tersebut segera pergi meninggalkan istrinya yang terkejut dan menangis. Pangeran telah pergi masuk ke sungai dan sudah tak terlihat lagi.
Sang putri berlari dan menangis kesana kemari mencari pangeran suaminya. Berkali-kali jatuh hingga melukai tubuhnya tak dihiraukannya. Ia menyesal telah bertanya, ia ingin suaminya kembali. Setelah malam itu sang putri meminta dibuatkan pure batu dekat dengan sungai tempat suaminya meninggalkannya. Sang putri memutuskan untuk meratapi kesedihannya sendiri didalam pure itu sampai suaminya kembali.
- Sekian
Pelajaran yang penulis ambil dari dongeng ini adalah, jangan suka bergosip yang akan menimbulkan masalah dan juga jangan pernah memaksakan pertanyaan yang penjawabnya tidak ingin menjawab hal tersebut. Dua hal tersebutlah yang menjadi dasar bagi penulis untuk tidak suka bergosip dan jika terlanjur dengar dan penasaran ingin sekali bertanya kebenarannya, yang mana membuat penulis mengeluarkan pertanyaan yang sifatnya pribadi selalu dibelakangi dengan kalimat “kalau berat dan gamau jawab, gausah dijawab gapapa kok”. Beda ya kalau tanya pelajaran didalam kelas! Tanya pelajaran didalam kelas yang sifatnya informasi penting yang kita belum paham itu beda konteks. Apalagi kalau konteksnya debat ilmiah, wah harus dibabat habis sampai ke akar akar bibit nya!
Terima kasih sudah membaca semoga bermanfaat, have a nice day!
Komentar
Posting Komentar